Kisah Kesabaran dan Keteladanan Nabi Ayub As (Nama Istri, Keturunan Nabi Ayub, Cobaan Nabi Ayyub)

Kisah Nabi Ayub As - Nama lengkap nabi Ayub As adalah Ayub bin ‘Aish bin Ishaq. Ia berasal dari Romawi. Nabi Ayub keturunan dari nabi Luth As karena Ibunya adalah anak dari nabi Luth As. Ayahnya seorang petani dan peternak sukses. Ia memiliki banyak binatang ternak, onta, sapi, kambing, kuda dan keledai. Tidak ada seorangpun saat itu yang menandingi kekayaannya. Setelah wafat seluruh harta kekayaannya jatuh kepada anaknya nabi Ayub As.

Istri dan Anak-Anak Nabi Ayub

Istri nabi Ayub bernama Rahmah. - Ayub menikah dengan Rahmah binti Afrayim bin Yusuf As. Ayub memiliki tiga orang isteri dan Rahmah adalah isteri pertamanya. Para isteri Ayub tersebut mengalami dua belas kali mengandung dan setiap kali melahirkan selalu kembar, laki-laki dan perempuan.

Dari dua puluh empat anak yang terlahir tersebut, anak yang hidup hanya empat belas, delapan laki-laki dan enam perempuan. Seluruhnya menjadi anak-anak yang shalih. Hal ini barangkali terjadi karena mereka juga berasal dari orang tua yang shalih. Allah Swt menurunkan syariat kepada nabi Ayub dan untuk menjalankan syariat tersebut ia membangun masjid. Ayub sangat dermawan. Setiap saat ia memberikan makanan kepada kaum fakir miskin dan kepada para tamu yang datang menemuinya. Ia memposisikan diri sebagai seorang ayah yang penyayang terhadap anak yatim. Sementara kepada para janda dan kaum dhuafa, nabi Ayub seakan-akan sebagai saudara kandung mereka. Ini menyebabkan banyak orang mengagumi sosok Ayub As.

Kedermawanan Nabi Ayub As yang Membuat Iblis Iri & Lenyabnya Harta Nabi Ayub As

Nabi Ayub membebaskan ladangnya yang ditanami buah-buahan dan sayur-mayur untuk kaum dhuafa. Siapapun boleh mengambilnya Setiap tahun hewan ternaknya selalu bertambah. Meskipun demikian, nabi Ayub biasa-biasa saja. Ia tidak merasa gembira dengan apa yang ia miliki. Setiap malam ia senantiasa beribadah kepada Allah dan senantiasa pula berdoa: “Ya Allah ini semua merupakan pemberianMu di dunia lalu bagaimana pemberianMu kelak di akhirat bagi hamba­hambaMu yang Engkau muliakan?”
Seluruh harta yang ia miliki tidak menjadikannnya lalai untuk mensyukuri nikmat Allah dan lisannya juga tidak pernah berhenti untuk berdzikir kepadaNya.

Kondisi ini membuat Iblis dan bala tentaranya iri lalu ia kemudian menghadap kepada Allah Swt dan berkata: “Ya Allah Ayub mau menyembahmu karena Engkau telah memberikan kekayaan yang melimpah kepadanya. Aku yakin seandainya tidak demikian, niscaya ia tidak akan menyembahMu”. Allah Swt menyangkal pandangan Iblis dan berkata:”Engkau pembohong. Aku tahu Ayub tetap akan menyembahKu sekalipun ia tidak memiliki harta apapun”. Iblis menjawab:” Baik jika demikian, ya Allah izinkan aku untuk menghancurkan kehidupan Ayub, kelak Engkau akan melihat bahwa Ayub pasti akan melupakanMu”.

Iblis lalu mengumpulkan seluruh bala tentaranya dan melakukan musyawarah lalu mereka sepakat untuk menghancurkan seluruh kekayaan Ayub. Atas upaya mereka tiba-tiba muncul api besar pada seluruh harta Ayub dan dengan sekejap saja atas ulah Iblis dan bala tentaranya seluruh harta Ayub terbakar habis dan tidak menyisakan apapun. Setelah itu Iblis mendatangi Ayub yang sedang melaksanakan shalat di masjid.

Iblis berkata:”Hai Ayub apakah engkau masih akan beribadah kepada Allah, padahal Tuhanmu telah mengirim api besar yang telah menghanguskan seluruh hartamu?”. Ayub terdiam dan tidak menjawab sepatah katapun. Ia tetap melanjutkan ibadah shalatnya.

Setelah selesai melaksanakan shalat, Ayub berkata:”Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan aku harta yang melimpah lalu ia mengambilnya kembali dariku”. Atas jawaban tersebut iblis kecewa dan akhirnya ia kembali dengan tangan hampa.

Meninggalnya Seluruh Anak Nabi Ayub As

Setelah semua hartanya ludes dimakan api, seluruh anak-anak Ayub bertempat tinggal di rumah saudara Ayub tertua, yaitu Harmal. Rumah Harmal dijadikan oleh mereka sebagai tempat tinggal sementara. Suatu hari mereka sedang melakukan santap malam bersama. Rupanya iblis dan bala tentaranya akan menjalankan misi kedua, yaitu membunuh seluruh anak-anak Ayub. Saat itu mereka mengepung rumah tersebut dan mencekik satu persatu dari mereka. Setelah semuanya wafat, Iblis kembali mendatangi Ayub yang sedang melaksanakan ibadah shalat di masjid dan ia kembali berkata:”Wahai Ayub sekarang anakmu telah wafat semua, masihkan engkau menyembah Tuhanmu? Ayub terdiam dan tidak menjawab sepatah katapun. Ia tetap melanjutkan ibadah shalatnya.

Setelah selesai, Ayub berkata:”Segala puji bagi Allah Dzat yang telah memberikan aku anak­-anak tersebut lalu mengambilnya kembali, harta dan anak bagiku semata­-mata merupakan ujian”. Dengan nada kecewa Iblispun kembali pulang karena tidak berhasil memperdayai Ayub.

Nabi Ayub As diracun oleh Iblis dan Terkena Penyakit Cacar

Setelah tidak berhasil dengan misi keduanya, iblis kembali datang dan saat ini ia ingin menjalankan strategi ketiga, yaitu ingin memasukkan racun ke dalam tubuh Ayub sehingga kelak ia kan jatuh sakit. Iblis kembali menemui Ayub yang saat itu juga sedang melaksanakan shalat lalu ia menghembuskan racun di telinga dan mulut Ayub. Setelah itu tiba-tiba sekujur tubuh Ayub terasa panas dan berkeringat dan ia merasa tubuhnya menjadi berat. Isterinya Rahmah berkata:”Wahai suamiku barangkali tubuhmu seperti ini terjadi karena engkau merasa cemas dan belum ikhlas dengan harta dan anak yang telah lenyap dari sisimu. Selain itu engkau juga tidak pernah beristirahat, siang hari engkau berpuasa dan di malam hari engkau beribadah”. Semenjak itu sekujur tubuh nabi Ayub terkena penyakit cacar. Nanah keluar dari cacar tersebut dan mulai ada ulat. Satu persatu sahabat dan kerabatnya menyingkir.

Nabi Ayub As di Usir dari Kampungnya

Ayub memiliki tiga orang isteri dan dua dari mereka telah meminta talak lalu diceraikan oleh Ayub. Ayub hanya ditemani oleh isteri pertamanya Rahmah. Rahmah senantiasa mengurus Ayub siang dan malam. Beberapa hari kemudian para tetangga Ayub datang dan mereka berkata:” Wahai Rahmah kami takut Ayub akan menularkan penyakitnya kepada kami. Oleh karena itu kami berharap engkau dapat membawanya keluar dari kampung ini”. Sebagai seorang isteri Rahmah menangis lalu ia mengemasi seluruh barang yang ia miliki dan seketika itu pula ia membopong Ayub keluar rumahnya menuju kawasan yang jauh dari pemukiman penduduk.

Sesudah sampai di sana Rahmah membuat gubuk kecil. Ia meletakkan Ayub yang terbujur lemas di atas tanah dengan batu sebagai bantalnya. Setelah itu Rahmah pergi menuju kampung terdekat. Sebelum pergi Ayub memanggilnya:”Wahai Rahmah engkau hendak kemana? Seandainya engkau akan pergi meninggalkanku, pergilah! biarkan aku sendiri di sini. Rahmah menjawab: Jangan takut wahai Ayub, insya Allah selama nafasku masih ada, aku akan tetap berada di sini bersamamu”.

Di kampung tersebut Rahmah bekerja dalam rangka menafkahi suaminya. Lama-kelamaan penduduk kampung mengetahui bahwa Rahmah adalah isteri Ayub. Pendudukpun akhirnya sepakat untuk tidak memberinya pekerjaaan karena dikhawatirkan penyakit suaminya telah tertular kepadanya lalu ia menyebarkan kepada penduduk setempat. Rahmah menangis dan dia berdoa:”Ya Allah tidak ada ruang lagi di dunia ini. Biarlah seluruh manusia telah menganggapku kotor asalkan Engkau tidak. Aku rela diusir oleh mereka dari kehidupan dunia ini asalkan Engkau tidak mengusirku kelak di akhirat”.

Rahmah mencari cara lain untuk mendapatkan sepotong roti. Akhirnya ia menjual satu-satunya harta yang ia miliki, yaitu berupa tusuk rambut yang menempel di rambutnya. Setelah mendapatkan uang ia membeli beberapa potong roti untuk suaminya Ayub. Ayub heran melihat potongan roti yang lezat tersebut, dan juga curiga lalu bertanya kepada isterinya Rahmah:” Wahai Rahmah dari mana negkau mendapatkan roti ini. Apakah engkau telah menjual dirimu demi mendapatkan potongan roti itu?

Rahmahpun menceritakan bagaimana sebenarnya ia mendapatkan potongan roti tersebut. Setelah mendengar cerita isterinya, Ayub menangis dan berkata:”Ya Allah aku tidak bisa berkata apa­apa lagi karena isteriku telah menjual tusuk rambut yang berada di kepalanya yang kemudian merusak rambutnya”. Rahmah menenangkan suaminya dan berkata:”Tenanglah wahai suamiku. Insya Allah rambutku akan kembali tumbuh lebih baik lagi”. Rahmah lalu memotong potongan roti tersebut dan kembali menyuguhkannya untuk suaminya.

Demikianlah seluruh tubuh nabi Ayub habis sehingga tidak ada daging lagi yang tersisa di seluruh tubuhnya kecuali bibir dan hatinya yang ia gunakan untuk berdzikir kepada Allah Swt.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Kesabaran dan Keteladanan Nabi Ayub As (Nama Istri, Keturunan Nabi Ayub, Cobaan Nabi Ayyub)"

Posting Komentar