7 Akhlak Terhadap Tetangga dan Masyarakat dalam Islam (Dalil, Sikap, & Akhlak Bertetangga)

Perilaku Akhlak Terhadap Tetangga dan Masyarakat dalam Islam - Manusia hidup tidaklah seorang diri. Manusia hidup sangat membutuhkan orang lain dan membutuhkan kehidupan bertetangga, bermasyarakat. Sebab ia tidak mungkin mampu hidup seorang diri dalam menghasilkan segala sesuatu yang menjadi keperluan dan kebutuhannya, seperti kebutuhan pangan, papan, sandang, ketenangan jiwa, serta keperluan kehidupan yang lainnya.

Lebih luas bahwa kita adalah warga Negara Indonesia, bangsa yang dianugerahi Allah dengan keberagaman. Karena itu, pada dasarnya kita semua bersaudara. Tidak ada penghalang untuk menjalin persaudaraan apapun identitas kita berbeda satu sama lain. Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa kita yang sarat dengan keberagaman suku, budaya, golongan, bahkan agama. Oleh karena itu dalam komunikasi dan interaksi sesama tidak boleh memilah dan memilih keberagaman yang ada, kecuali pada persoalan ubudiyah dan ke-Tuhan-an.

Pengertian tetangga dan masyarakat
Tetangga adalah orang yang rumahnya berdekatan dengan rumah kita. Dari pengertian ini mengandung makna bahwa bertetangga tidak memiliki ketentuan yang khusus. Ini berarti bahwa tetangga kita bisa berbeda suku, warna kulit, adat istiadat, agama atau keyakinan, kaya ataupun miskin. Namun dalam hal ini batasan tetangga masih diperselisihkan para ulama.

Pendapat mu’tabar atau pendapat yang masyhur mengatakan bahwa batasan tetangga adalah 40 rumah dari semua arah. Hal ini disampaikan oleh Aisyah ra, Az-Zuhri dan Al-Auza’i. Adapun masyarakat adalah kumpulan dari beberapa tetangga, yang berarti masyarakat ini memiliki makna yang lebih luas secara wilayah.

Dalil Hidup Bertetangga

Dalam bertetangga dan bermasyarakat terdapat interaksi manusia satu dengan yang lainnya, sehingga dibutuhkan kepekaan sosial yang baik dari setiap individu yang ada. Sebab satu manusia dengan yang lainnya pastilah memiliki watak, sifat dan kebiasaan yang berbeda. Saling menghormati, berbuat baik dan memiliki toleransi merupakan kewajiban bagi seorang muslim atas keberadaan tetangga dan masyarakat sekitarnya.

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا 

Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (QS. An-Nisa: 36)

Dalil Hadis Hidup Bertetangga
Artinya: Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Jelas sudah bahwa menghotmati dan berakhlak baik kepada tetangga adalah sesuatu yang wajib kita lakukan sebagai umat beragama dan sebagai makhluk yang hidup saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Dan hal itu uga merupakan sebagian tanda dari keimanan seseorang kepada Tuhannya.

7 Sikap Hidup Bertetangga

Dalam hidup bermasyarakat tentunya interaksi satu dengan yang lain pasti akan terjadi. Maka sebagai seorang muslim harus selalu menjaga dirinya untuk selalu berbuat baik terhadap tetangga dan masyarakat sekitar. Berbuat baiknya kita kepada sesama merupakan salah satu ciri orang yang beriman kepada Allah swt. Seorang tetangga memiliki sejumlah hak asasi dari kita, di antaranya:
  1. Hendaknya kita memberi salam kepadanya terlebih dahulu
  2. Hendaknya kita berbuat kebajikan kepada siapapun tanpa harus menunggu orang lain berbuat kebajikan pada kita
  3. Hendaknya kita mengembalikan hak adami (seperti membayar hutang, mengembalikan barang orang lain yang kita pinjam) kepada mereka
  4. Hendaknya kita mengunjunginya jika ada yang sakit
  5. Hendaknya kita memberi ucapan selamat jika mereka bergembira dan memberikan ucapan takziah jika mereka kesusahan.
  6. Hendaknya kita menutupi segala kekurangannya dan melindunginya dari segala kesulitan semampu kita
  7. Hendaknya berhadapan dengan mereka selalu dengan senyuman dan penuh hormat.

Jika kita telah mampu memberikan dan melaksanakan hak-hak bertetangga di atas, tentunya kehidupan yang bahagia, harmonis, rukun, tentram, aman dan bersahaja akan terjadi dengan sendirinya, sehingga terjauh dari segala itnah dan permusuhan. Setiap manusia memiliki hak bermasyarakat yang harus kita hormati. Namun demikian meskipun kita memiliki hak, kita juga harus memperhatikan hak-hak sekitar, agar bisa saling menghormati satu sama lain dan dapat menjaga dari konlik.

Terjadinya perkelahian antar warga, permusuhan dengan tetangga sendiri, hingga ketidak harmonisan yang lain merupakan bentuk pelanggaran hak asasi dan kurang dapat menjaga serta tidak saling menghormati satu dengan yang lain. Hal ini dapat di atasi dengan melaksanakan musyawarah damai ketika terjadi pertikaian atau kesalah fahaman antara satu warga dengan warga yang lain.

7 Akhlak Bertetangga dalam Islam

Secara luas sikap hidup bertetangga dan bermasyarat ini dapat di wujudkan dalam beberapa bentuk akhlak yang paling utama dan sangat dianjurkan oleh Islam adalah sebagai berikut:
1. Tidak Menyakiti Tetangga bahkan Memuliakannya
Tidak salah lagi bahwa menyakiti tetangga adalah perbuatan yang diharamkan dan termasuk di antara dosa-dosa besar yang wajib untuk dijauhi. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah swt dan Hari Akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya”. (Muttafaq ‘alaih)
Sedangkan Islam mengajarkan umatnya agar senantiasa memuliakan tetangga. Rasulullah Saw bersabda,
Tidak Menyakiti Tetangga bahkan Memuliakannya - 7 Akhlak Bertetangga dalam Islam

Artinya: Dari Abu Hurairah ra., bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah berkata baik atau diam. Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah memuliakan tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah menghormati tamunya“ (HR. Bukhari dan Muslim).

Di antara sikap memuliakan tetangga dan berbuat baik kepadanya adalah memberikannya hadiah walaupun tidak seberapa nilainya. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra. ia berkata, “Wahai Rasulullah! Saya memiliki dua tetangga, siapa yang harus aku beri hadiah?” Beliau Rasul saw menjawab, “Kepada tetangga yang lebih dekat pintunya darimu?” (HR. al-Bukhari).

Hadis di atas merupakan bukti begitu pentingnya menjaga hidup bertetangga. Sebab interaksi sosial akan menghadapi watak, sifat dan karakter yang berbeda-beda, sehingga menanggapinya pun juga pasti akan berbeda. Ada yang mudah tersinggung, ada yang sulit untuk memahami, ada juga yang tidak sama dengan ide atau pendapat kita. Dengan demikian maka wajiblah bagi setiap muslim khususnya untuk menjunjung tinggai nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat sekitar dengan tidak keluar dari kaidah dan ajaran-ajaran Islam yang berlaku.

2. Bermuka Berseri-Seri (ceria) Saat Bertemu
Berwajah berseri-seri dan selalu tersenyum saat bertemu dengan para sahabatnya adalah merupakan kebiasaan Rasulullah Saw. Dari Jarir bin Abdullah ra. ia berkata, “Tidak pernah Rasulullah Saw melihatku kecuali ia tersenyum padaku.” (Hadis Muttafaq‘alaih).

Rasulullah Saw bersabda, “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” (HR. at-Tirmidzi). Dan beliau juga bersabda, “Janganlah kamu menghina/meremehkan sedikit pun dari kebaikan, walaupun hanya bertemu dengan saudaramu dengan muka berseri-seri.” (HR. Muslim).

Dalam keadaan bagaimanapun, maka kita dianjurkan untuk tetap bermuka ceria dan menyembunyikan dari segala persoalan hidup yang mungkin kita alami. Hal ini adalah bentuk penghormatan kita kepada orang lain, sehingga kita tidak menjadikan orang lain berprasangka yang buruk kepada kita.

Sungguh mulya Nabi Muhammad saw mengajarkan kepada kita untuk selalu tersenyum kepada sesama, khususnya sesama muslim. Hal ini memiliki pesan moral bahwa seyogyanya manusia tidak memasang muka masam dan sedih. Sebab dengan kita bermuka masam dan sedih di depan sesama, maka itu berarti kita juga menjadikannya ikut merasakan sedih. Sedih merupakan sifat normal yang dimiliki setiap manusia, namun hendaknya kesedihan itu tidak berlarut terlalu lama sehingga saudara, teman dan orang yang berada di sekitar kita sebab hal ini akan membuat mereka merasakan kesedihan tersebut.

3. Menolong Saat dalam Kesulitan
Di antara memelihara dan menjaga hakhak bertetangga adalah dengan menolong tetangga saat dalam kesulitan/saat ia membutuhkan. Nabi Muhammad saw bersabda, “Sesungguhnya Asy’ariyyin (suku asy’ari) adalah jika perbekalannya habis, atau jika persediaan makanan untuk keluarganya di Madinah tinggal sedikit, mereka mengumpulkan apa yang mereka miliki dalam satu kain, lalu mereka membagikannya di antara mereka pada tempat mereka masing-masing dengan sama rata. Mereka
adalah bagian dariku, dan aku adalah bagian dari mereka.” (Hadis Muttafaq‘alaih).

Bagaimana akhlak Rasulullah terhadap seorang pengemis Yahudi dan buta. Nabi memiliki kebiasaan setiap pagi pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuknya. Nabi memberikan makanan itu dengan lembut dan penuh kasih sayang, bahkan Nabi tidak segan untuk menyuapinya. Kebiasaan tersebut diteruskan oleh Abu Bakar yang ternyata kurang mampu untuk meniru kebiasaan dan kehalusan budi Nabi padanya, sehingga seorang Yahudi itupun marah dan mengutarakan perbedaan cara penyajiannya dengan Nabi.

Setelah Yahudi itu tahu bahwa yang selama ini memberikan makanan dan menyuapi dengan halus dan penuh kasih sayang adalah orang yang selalu dihina dan diitnahnya, seketika itu ia menangis, menyesal dan berakhir dengan persaksiannya untuk memeluk agama Islam.
Banyak di antara para tetangga yang acuh dengan keadaan tetangganya. Padahal menolong tetangga saat ia membutuhkan adalah salah satu faktor untuk dapat meraih simpati dan cintanya. Nabi Muhammad saw bersabda, “Seutama-utama amal shalih adalah membahagiakan saudaramu yang mu’min, atau melunaskan hutangnya, atau memberinya roti.” (HR. Ibnu Abi ad-Dunya).

Bentuk saling tolong menolong ketika dalam kesulitan ini banyak bentuknya, mulai dari menolong secara materi seperti memberikan sandang, pangan dan papan saat tetangga mengalami kesulitan hingga dalam bentuk aktiitas nyata seperti ikut membenahi jalan warga, membenahi rumah tetangga yang terkena musibah atau dalam bentuk lain.

4. Memberikan Penghormatan yang Istimewa
Intervensi dalam urusan pribadi tetangga adalah salah satu sebab yang dapat menimbulkan ketidak harmonisan dalam bertetangga. Seperti menanyakan hal-hal yang sangat pribadi. Contoh: “Berapa gajimu?” “Berapa pengeluaranmu tiap bulan?” “Berapa uang simpananmu?” “Kamu punya berapa rekening?” Dan lain sebagainya.

Seorang muslim yang baik adalah seorang yang memperhatikan tata krama dalam bertetangga, tidak mencampuri urusan yang tidak bermanfaat baginya, dan tidak menanyakan urusan-urusan orang lain yang bersifat pribadi. Nabi Muhammad saw juga bersabda,

Memberikan Penghormatan yang Istimewa - 7 Akhlak Bertetangga dalam Islam
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah saw bersabda: Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya. (HR. Tirmidzi)

Hadis di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa termasuk sifat-sifat orang muslim adalah dia menyibukkan dirinya dengan perkara-perkara yang mulia serta menjauhkan perkara yang hina dan rendah. Menyibukkkan diri dengan sesuatu yang tidak bermanfaat adalah kesiasiaan dan merupakan pertanda kelemahan iman. Dan ikut campur terhadap sesuatu yang bukan urusannya dapat mengakibatkan kepada perpecahan dan pertikaian diantara manusia. Maka jika anda ingin mendapat cinta dan simpati tetangga, janganlah pernah mencampuri urusanurusan pribadi mereka.

5. Menerima Udzur (permohonan maaf)
Berinteraksi dengan sesama bermacam bentuknya. Adakalanya sikap dan perilaku kita menyinggung sesama, ataupun sebaliknya. Hal ini tidak dapat kita hindari sebab kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain, hal itu terjadi karena berbagai macam motif dan tujuannya.

Bersikap toleransi dengan tetangga, dan lemah lembut dalam berinteraksi dengannya merupakan salah satu kiat untuk menarik simpati tetangga.
Memaafkan terlebih dahulu atas kesalahan yang lain merupakan sifat mulya dan terpuji, sebab dengan terbiasa memaafkan, maka kita akan terbebas dari sifat hasud dan prasangka buruk kepada sesama. Pembiasaan sikap seperti ini harusnya ditanamkan sejak kecil, sebab dengan demikian sifat pemaaf apabila telah menjadi sebuah sifat dan karakter seseorang akan membawa kepada kemulyaan dalam kehidupannya di tengah-tengah masyarakat dan akan tidak banyak mengalami kesulitan hidup bermasyarakat. Contohnya: Dengan menerima permohonan maaf darinya, dan menganggap seolah-olah ia tidak pernah melakukan kesalahan tersebut. Karena tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah. Bahkan yang lebih utama adalah memaafkannya sebelum ia meminta maaf. Sikap inilah yang dapat menambah kecintaan tetangga kepada kita.

6. Menasehati dengan Lemah Lembut
Manusia yang berakal tentu tidak akan menolak nasehat, dan tidak pula membenci orang yang menasehatinya. Tetapi umumnya manusia tidak menerima kalau dirinya dinasehati dengan cara dan sikap yang kasar serta tidak beretika. Allah swt sungguh telah memuji Nabi Muhammad saw
dan mengaruniakan sifat lemah lembut kepada beliau, sebagaimana firman-Nya:

7 Akhlak Terhadap Tetangga dan Masyarakat dalam Islam - Menasehati dengan Lemah Lembut

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. al-Imran: 159)

Nabi Muhammad saw bersabda, “Sesungguhnya Allah swt Maha Lembut, Dia mencintai kelembutan dalam segala urusan.” (Hadis Muttafaq ‘alaih).

Seorang muslim yang baik ketika tahu tetangganya berbuat maksiat adalah menasehatinya dengan lemah lembut, dan mengajaknya kembali ke jalan Allah swt, memotivasinya agar berbuat baik, dan memperingatkannya dari kejahatan, serta mendo’akannya tanpa sepengetahuannya. Sikap-sikap inilah yang dapat menarik simpati tetangga dan memperbaiki hubungan di antara tetangga.

7. Saling Berkunjung
Nabi Muhammad saw bersabda tentang keutamaan berkunjung ini, “Sesungguhnya ada seorang yang mengunjungi saudaranya di suatu kampung. Maka Allah swt mengutus seorang malaikat untuk mengawasi perjalanannya. Malaikat tadi bertanya kepadanya, “Mau ke mana kamu?” Lalu ia menjawab, “Saya mau mengunjungi saudaraku di kampung.” Lalu ia bertanya kembali, “Apa kamu ingin mengambil hakmu darinya?” Ia menjawab, “Tidak, tetapi karena saya mencintainya karena Allah swt”. Dia berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah swt kepadamu, dan sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR. Muslim).

Seseorang hendaknya mencari waktu yang tepat untuk mengunjungi tetangganya. Tidak mendatanginya dengan tiba-tiba atau tanpa mengabarinya terlebih dahulu atau meminta izin kepadanya. Dan hendaklah tidak membuat tetangga merasa terbebani atau direpotkan dengan kunjungannya. Maka hendaklah ia tidak terlalu sering berkunjung, khawatir kalau hal itu membosankannya dan membuatnya menjauhkan diri darinya. Dan juga hendaklah tidak duduk berlama-lama saat berkunjung. Kiat-kiat inilah yang dapat membuat tetangga senang menyambut kunjungan kita, bahkan merindukan kedatangan kita untuk kali berikutnya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "7 Akhlak Terhadap Tetangga dan Masyarakat dalam Islam (Dalil, Sikap, & Akhlak Bertetangga)"

Posting Komentar