1. Pengertian Biaya Peluang
Dalam ekonomi dikenal istilah biaya peluang (Opportunity Cost). Biaya peluang adalah biaya yang timbul akibat memilih sebuah peluang terbaik dari beberapa alternatif yang tersedia. Ketika seseorang dihadapkan pada beberapa alternatif pilihan dan harus memilih salah satu di antaranya maka alternatif yang tidak dipilihnya itulah yang menjadi biaya peluang. Sumber daya selain bersifat langka atau terbatas juga mempunyai kegunaan alternatif. Apabila suatu sumber daya digunakan untuk tujuan yang satu, tidak dapat sekaligus digunakan untuk keperluan yang lain. Tanah yang sudah digunakan untuk membangun rumah tidak dapat digunakan untuk menanam padi atau palawija pada saat yang sama, di tempat yang sama. Demikian pula dengan tenaga kerja. Apabila seorang tenaga kerja pada saat tertentu dikerahkan di bidang pertanian, maka tidak bisa sekaligus dikerahkan di bidang industri.
Apakah konsekuensi dari kenyataan tersebut? Konsekuensinya adalah apabila orang telah menjatuhkan pilihan pada salah satu kemungkinan (alternatif) yang tersedia, maka otomatis ia harus melepaskan kemungkinan yang lain. Hal ini dalam ilmu ekonomi disebut dengan istilah alternative cost atau opportunity cost. Sering juga dikatakan ada trade-off antara dua kemungkinan. Masing-masing kemungkinan ada untung dan ruginya atau ada cost dan benefit-nya. Orang dikatakan bertindak ekonomis apabila ia berhasil mencapai perbandingan yang sebaik mungkin (optimal) antara hasil dan pengorbanannya.
2. Contoh Biaya Peluang (Opportunity Cost)
Menurut pendapat kalian, di antara makanan dibawah ini mana yang menjadi pilihan pertama, kedua, dan ketiga? Karena kalian hanya dapat memilih salah satu di antaranya maka pilihan kedua dan ketiga itulah yang dimaksud dengan biaya peluang.
Menurut pendapat kalian, di antara makanan dibawah ini mana yang menjadi pilihan pertama, kedua, dan ketiga? Karena kalian hanya dapat memilih salah satu di antaranya maka pilihan kedua dan ketiga itulah yang dimaksud dengan biaya peluang.
Seperti juga yang terjadi pada salah satu faktor produksi yaitu tenaga kerja, jika seorang pekerja mengambil salah satu kesempatan atau peluang untuk melakukan suatu produksi maka secara bersamaan dia akan kehilangan peluang untuk melakukan produksi pada bidang lain. Kehilangan kesempatan itulah yang disebut opportunity cost atau biaya peluang. Setiap orang harus selalu berusaha untuk mendapatkan manfaat tertinggi dari setiap alternatif pilihan dan mengambil biaya peluang yang terendah.
Contoh lain dari opportunity cost pada kesempatan kerja adalah Faris ditawari untuk bekerja di suatu perusahaan dengan gaji Rp1.000.000,00 per bulan. Di sisi lain Faris memiliki kemampuan secara keahlian dan modal untuk melakukan produksi suatu barang dengan peluang mendapatkan laba Rp5.000.000,00 per bulan, tetapi setelah melalui proses produksi dan promosi selama 4 bulan. Dari ilustrasi di atas, jika Faris lebih memilih mengambil peluang untuk melakukan produksi sendiri maka dia telah kehilangan peluang untuk bekerja pada orang lain dengan gaji Rp1.000.000,00 selama 4 bulan. Itulah yang dimaksud dengan biaya peluang. Jadi besarnya biaya peluang bagi Faris selama 4 bulan adalah 4 x Rp1.000.000,00, yaitu Rp4.000.000,00.
Contoh lain dari opportunity cost pada kesempatan kerja adalah Faris ditawari untuk bekerja di suatu perusahaan dengan gaji Rp1.000.000,00 per bulan. Di sisi lain Faris memiliki kemampuan secara keahlian dan modal untuk melakukan produksi suatu barang dengan peluang mendapatkan laba Rp5.000.000,00 per bulan, tetapi setelah melalui proses produksi dan promosi selama 4 bulan. Dari ilustrasi di atas, jika Faris lebih memilih mengambil peluang untuk melakukan produksi sendiri maka dia telah kehilangan peluang untuk bekerja pada orang lain dengan gaji Rp1.000.000,00 selama 4 bulan. Itulah yang dimaksud dengan biaya peluang. Jadi besarnya biaya peluang bagi Faris selama 4 bulan adalah 4 x Rp1.000.000,00, yaitu Rp4.000.000,00.
3. Contoh Penerapan Biaya Peluang pada Tenaga Kerja
Contoh penerapan opportunity cost atau biaya peluang untuk sumber daya tenaga kerja. Tenaga kerja yang telah terserap dalam proses produksi memiliki keterbatasan yang berupa waktu, kesempatan, dan keahlian. Biaya peluang tenaga kerja merupakan nilai dari kesempatan tenaga kerja untuk memproduksi suatu barang yang harus dikorbankan sebagai akibat memilih kesempatan untuk memproduksi barang alternatif lain. Sebagai ilustrasi, di suatu daerah hanya terdapat empat orang tenaga kerja. Ada dua alternatif jenis barang yang mampu diproduksi, yaitu barang X danY. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel berikut. Tabel Kesempatan Tenaga Kerja dalam Memproduksi Barang X dan Y
Contoh penerapan opportunity cost atau biaya peluang untuk sumber daya tenaga kerja. Tenaga kerja yang telah terserap dalam proses produksi memiliki keterbatasan yang berupa waktu, kesempatan, dan keahlian. Biaya peluang tenaga kerja merupakan nilai dari kesempatan tenaga kerja untuk memproduksi suatu barang yang harus dikorbankan sebagai akibat memilih kesempatan untuk memproduksi barang alternatif lain. Sebagai ilustrasi, di suatu daerah hanya terdapat empat orang tenaga kerja. Ada dua alternatif jenis barang yang mampu diproduksi, yaitu barang X danY. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel berikut. Tabel Kesempatan Tenaga Kerja dalam Memproduksi Barang X dan Y
Tabel tersebut menunjukkan jumlah tenaga kerja dalam memproduksi barang X dan barang Y. Titik A menunjukkan semua tenaga kerja digunakan untuk memproduksi barang Y. Sebaliknya pada titik E semua tenaga kerja digunakan untuk memproduksi barang X, sedangkan titik B, C, D, merupakan titik antara barang X dan barang Y, misalnya titik B terdiri atas 10 unit barang X dan menggunakan tenaga kerja 1 orang, dan 38 unit barang Y dengan jumlah tenaga kerja 3 orang.
Kurva menunjukkan titik-titik kemungkinan tenaga kerja dalam memproduksi barang X dan barang Y. Titik A menggambarkan semua tenaga kerja yang memproduksi barang Y, titik B menggambarkan jumlah tenaga kerja yang memproduksi barang Y sebanyak 38 unit, dan barang X sebanyak 10 unit, titik C menggambarkan tenaga kerja memproduksi 30 unit barang Y dan 25 unit barang X, titik D menggambarkan tenaga kerja yang memproduksi barang Y sebanyak 15 unit dan 40 unit barang X, titik E menggambarkan jika semua tenaga kerja memproduksi barang X sebanyak 47 unit sehingga kesempatan untuk memproduksi barang X tidak ada.
Oleh karena kuantitas tenaga kerja terbatas empat orang, maka apabila kita ingin menambah produksi barang X, kita harus mengurangi jumlah tenaga kerja yang semula memproduksi barang Y. Misalnya, mulamula kita berada di titik B dengan alokasi tenaga kerja 1 orang untuk produksi barang X dan 3 orang untuk produksi barang Y. Jika kita ingin menambah lebih banyak barang X maka kita dapat bergeser ke titik C, yaitu mengalihkan satu orang tenaga kerja (3 – 1 = 2) dari produksi barang Y ke produksi barang X. Seperti Anda lihat pada tabel dan grafik, perpindahan ini akan mengurangi produksi barang Y dari 40 unit menjadi 38 dan menambah produksi barang X dari 10 unit menjadi 25 unit.
Oleh karena kuantitas tenaga kerja terbatas empat orang, maka apabila kita ingin menambah produksi barang X, kita harus mengurangi jumlah tenaga kerja yang semula memproduksi barang Y. Misalnya, mulamula kita berada di titik B dengan alokasi tenaga kerja 1 orang untuk produksi barang X dan 3 orang untuk produksi barang Y. Jika kita ingin menambah lebih banyak barang X maka kita dapat bergeser ke titik C, yaitu mengalihkan satu orang tenaga kerja (3 – 1 = 2) dari produksi barang Y ke produksi barang X. Seperti Anda lihat pada tabel dan grafik, perpindahan ini akan mengurangi produksi barang Y dari 40 unit menjadi 38 dan menambah produksi barang X dari 10 unit menjadi 25 unit.
Sekarang perhatikan kurva diatas, Titik-titik A, B, C, D, E merupakan garis batas kemungkinan produksi, yaitu produksi maksimum yang bisa dihasilkan oleh tenaga kerja yang ada. Jika keseimbangan titik di luar batas produksi, misalnya 30 unit barang Y dan 50 unit barang X, maka titik tersebut berada di luar batas kemungkinan produksi atau di luar batas kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan untuk memproduksi. Sedangkan apabila titik terletak pada 20 unit barang X dan 20 unit barang Y, masih berada di bawah batas kemungkinan produksi, akan tetapi tidak semua tenaga kerja dipakai. Hal ini berarti terjadi pengangguran atau pemanfaatan tenaga kerja tidak efisien.
Titik F pada 20 unit barang Y dan 20 unit barang X, menunjukkan produksi berada di bawah garis batas kemampuan tenaga kerja dan produksi tidak efisien karena tidak menggunakan tenaga kerja dengan penuh. Sedangkan titik G dengan 50 unit barang X dan 30 unit barang Y, menunjukkan produksi berada di luar batas kemampuan tenaga kerja. Jika keseimbangan titik di luar batas produksi, misalnya 30 unit barang Y dan 50 unit barang X, maka titik tersebut berada di luar batas kemungkinan produksi atau di luar batas kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan untuk memproduksi. Sedangkan apabila titik terletak pada 20 unit barang X dan 20 unit barang Y masih berada di bawah batas kemungkinan produksi, akan tetapi tidak semua tenaga kerja dipakai. Hal ini berarti terjadi pengangguran atau pemanfaatan tenaga kerja tidak efisien. Titik F pada 20 unit barang Y dan 20 unit barang X, menunjukkan produksi berada di bawah garis batas kemampuan tenaga kerja dan produksi tidak efisien karena tidak menggunakan tenaga kerja dengan penuh. Sedangkan titik G dengan 50 unit barang X dan 30 unit barang Y, menunjukkan produksi berada di luar batas kemampuan tenaga kerja.
Titik F pada 20 unit barang Y dan 20 unit barang X, menunjukkan produksi berada di bawah garis batas kemampuan tenaga kerja dan produksi tidak efisien karena tidak menggunakan tenaga kerja dengan penuh. Sedangkan titik G dengan 50 unit barang X dan 30 unit barang Y, menunjukkan produksi berada di luar batas kemampuan tenaga kerja. Jika keseimbangan titik di luar batas produksi, misalnya 30 unit barang Y dan 50 unit barang X, maka titik tersebut berada di luar batas kemungkinan produksi atau di luar batas kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan untuk memproduksi. Sedangkan apabila titik terletak pada 20 unit barang X dan 20 unit barang Y masih berada di bawah batas kemungkinan produksi, akan tetapi tidak semua tenaga kerja dipakai. Hal ini berarti terjadi pengangguran atau pemanfaatan tenaga kerja tidak efisien. Titik F pada 20 unit barang Y dan 20 unit barang X, menunjukkan produksi berada di bawah garis batas kemampuan tenaga kerja dan produksi tidak efisien karena tidak menggunakan tenaga kerja dengan penuh. Sedangkan titik G dengan 50 unit barang X dan 30 unit barang Y, menunjukkan produksi berada di luar batas kemampuan tenaga kerja.
0 Response to "Pengertian dan Contoh Biaya Peluang (Opportunity Cost) | Contoh Penerapan Biaya Peluang"
Posting Komentar