Ciri-Ciri Umum Puisi dalam Antologi

Antologi puisi merupakan kumpulan puisi pilihan dari seorang atau beberapa orang pengarang. Puisi yang diterbitkan dalam antologi puisi harus benar-benar puisi pilihan, baik dari segi isi maupun bahasa yang digunakan. Bagaimana cara mengenali ciri-ciri umum puisi dari buku antologi puisi?

Mendata Hal-Hal yang Bersifat Khusus dari Puisi-Puisi dalam Antologi

Hal-hal khusus puisi-puisi dalam sebuah antologi dapat berupa unsur intrinsik atau unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik, misalnya, tema, latar, majas, citraan, pilihan kata (diksi), atau tipografi (bentuk). Adapun unsur ekstrinsik, misalnya, riwayat hidup penyair, angkatan, tempat tinggal, latar belakang sosial, politik, ekonomi, atau filsafat yang dianut sang penyair.

Perhatikan contoh hal-hal khusus puisi-puisi Chairil Anwar dalam antologi Aku Ini Binatang
Jalang berikut ini!

Ciri-Ciri Umum Puisi dalam Antologi - puisi chairil anwar
Judul : Aku Ini Binatang Jalang
Editor : Pamusuk Eneste
Kata Penutup : Sapardi Djoko Damono
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2005
Tebal : 111 halaman

a. Dari unsur diksi (pilihan kata), Chairil Anwar cenderung menggunakan kata-kata yang sederhana, lugas, dan apa adanya, tetapi luas dan mendalam maknanya. Chairil Anwar lebih mementingkan pesan dan makna daripada aspek keindahan (estetika). Hal ini berbeda dengan puisi karya para penyair angkatan sebelumnya yang cenderung menggunakan kata-kata yang halus dan indah. Perhatikan contohnya dalam kutipan berikut ini!
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
(Penerimaan, halaman 19)

b. Dalam beberapa puisi karyanya tercermin sikap Chairil Anwar yang individualistis, cuek, dan kuat pendiriannya. Perhatikan contohnya dalam kutipan berikut!
Kalau sampai waktuku
’Ku mau tak seorang ’kan merayu
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
(Aku, halaman 13)

c. Dalam beberapa puisinya yang lain, Chairil Anwar menampakkan sikap dan jiwa nasionalismenya yang tinggi. Perhatikan contohnya dalam kutipan berikut ini!
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
(Diponegoro, halaman 5)

d. Beberapa puisinya juga mencerminkan sikap dan jiwa religius. Perhatikan contohnya dalam
kutipan berikut!
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
(Doa, halaman 41)
Berdasarkan kutipan tersebut, kita dapat merasakan munculnya kesan nilai-nilai ketuhanan (religius) yang begitu mendalam sampai-sampai dalam keadaan termangu pun, Chairil Anwar selalu menyebut-nyebut nama-Nya.

e. Beberapa larik puisi Chairil Anwar saat ini telah menjelma menjadi semacam pepatah atau kata-kata mutiara yang populer. Perhatikan contohnya berikut ini!
1) aku mau hidup seribu tahun lagi (dari puisi Aku atau Semangat)
2) kami cuma tulang-tulang berserakan (dari puisi Krawang-Bekasi)

 

Mengidentifikasi Ciri-Ciri Umum Puisi dalam Sebuah Antologi

Hal-hal khusus yang telah dicatat dapat dijadikan dasar dalam mengidentifikasi (menentukan) ciri-ciri umum puisi dalam sebuah antologi. Ciri-ciri umum puisi yang ditentukan harus disertai bukti-bukti faktual agar diterima orang lain.

Perhatikan contoh identifikasi ciri-ciri umum puisi Chairil Anwar dalam antologi Aku Ini Binatang
Jalang berikut ini!

    Dilihat dari unsur diksi (pilihan kata), Chairil Anwar cenderung menggunakan kata-kata yang sederhana, lugas, dan apa adanya, tetapi luas dan mendalam maknanya. Seperti tampak dalam sajak
Penerimaan (halaman 19). Diksi semacam ini berbeda dengan puisi karya para penyair angkatan sebelumnya yang cenderung menggunakan kata-kata yang halus dan indah.
    Dalam beberapa puisi karyanya tercermin sikap Chairil Anwar yang individualistis. Hal ini, misalnya, dapat dilihat dalam sajak Aku (halaman 13). Dalam beberapa puisinya yang lain, Chairil
Anwar menampakkan sikap dan jiwa nasionalismenya yang tinggi. Hal ini tampak dalam sajak-sajak perjuangannya, misalnya, yang berjudul Diponegoro (halaman 5). Ciri-ciri lain dari sajak Chairil Anwar adalah sikapnya yang religius, misalnya, terlihat dalam sajak Doa (halaman 41).
    Beberapa larik puisi Chairil Anwar saat ini telah menjelma menjadi semacam pepatah atau katakata mutiara yang populer, misalnya, aku mau hidup seribu tahun lagi (dari puisi Aku atau Semangat), dan kami cuma tulang-tulang berserakan (dari puisi Krawang-Bekasi).

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ciri-Ciri Umum Puisi dalam Antologi"

Posting Komentar