PEMARAH / GHADAB (Pengertian, Macam-Macam, dan Cara Menghindari Perilaku Pemarah/Keras Hati)

Pengertian Pemarah/ Keras Hati/ Ghadab

Ghadab secara etimologi berarti marah. Marah dalam pengertian ghadab bersifat negatif. Dalam kamus bahasa Indonesia marah berarti merasa atau perasaan tidak senang dan panas karena dihina atau diperlakukan kurang baik dan lain sebagainya. Marah secara umum mengakibatkan terganggunya aktualisasi diri di dalam kehidupan dan marah merupakan penyakit jiwa yang ada di dalam diri manusia. Dalam hal ini terdapat hadis dari Abu Hurairah:
Pengertian Pemarah - Keras Hati - Ghadab
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa seorang laki­laki berkata: “Berilah aku pesan”. Rasulullah Saw bersabad: “Jangan marah”. Laki­laki itu mengulang permintaannya agar Rasulullah Saw memberinya pesan, namun Rasulullah Saw tetap bersabda: “Jangan marah”. (HR. Bukhari)

Marah adalah lawan kata dari ridha. Marah dari manusia berarti ada sesuatu yang telah merasuki hati mereka. Marah ada yang terpuji dan ada yang tercela. Marah yang tercela adalah marah padahal dirinya bersalah dan marah yang terpuji adalah marah karena kebenaran. Adapun kemarahan dari Allah berupa pengingkaran Allah Swt kepada orang yang bermaksiat kepadanya lalu Ia menyiksanya.
Al-Quran memerintahkan setiap muslim untuk menahan marah dan akan memperoleh ampunan dari Allah Swt. Allah Swt berfirman:

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan bersegeralah menuju ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang lebarnya (seluas) langit dan bumi yang disediakan bagi orang yang bertakwa, yaitu orang yang menginfakkan (hartanya) di waktu lapang atau susah, dan orang­orang yang menahan amarah, dan bersikap pemaaf kepada manusia, dan Allah mencintai orangorang yang berbuat baik” (Q.S Ali Imran (3):133­-134)

Macam-macam Daya Pemarah

Menurut al-Ghazali kekuatan marah terdapat pada jantung dan yang dimaksud dengan marah yaitu ketika darah yang berada di sekitar jantung mendidih dan tersebar ke seluruh pembuluh darah lalu naik ke atas tubuh sebagaimana api dan air yang mendidih saat di masak di tungku. Oleh karena itu ketika orang marah darah akan naik ke atas wajah lalu wajah, mata dan kulit menjadi merah. Hal itu menggambarkan warna darah di baliknya sebagaimana kaca menggambarkan warna sesuatu yang bercermin padanya.
Kondisi marah pada diri seseorang terbagi menjadi tiga: Tidak ada atau lemah, berlebihan dan sedang.
a. Tidak Memiliki Daya Marah atau lemah
Kurang baik ketika seseorang tidak dapat marah atau memiliki tingkat kemarahan yang lemah. Dengan tingkat daya marah yang lemah seseorang akan memiliki harga diri yang rendah dan hina yang berdampak pada tidak melakukan tindakan apa-apa atau hanya diam terhadap hal-hal yang haram atau hal-hal yang bersifat munkar. Hal ini digambarkan oleh al-Qur’an dalam masalah perzinahan.
Allah Swt berfirman:

الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖ وَلَا تَأْخُذْكُم بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ

“Perempuan yang berzina dan laki­-laki yang berzina, Maka deralah tiap­-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang­orang yang beriman”.(QS. Al­-Nur (24):2)


Pengertian janganlah belas kasihan kepada keduanya berarti tetap bersifat keras atau tidak lunak terhadap masalah perzinahan. Para sahabat nabi dijuluki oleh al-Quran adalah orang-orang yang keras dan keras itu dalam arti dapat marah jika diperlukan

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang­orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan­Nya, tandatanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat­sifat mereka dalam Taurat dan sifat­sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang­orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang­orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Al­ Fath (49):29)

b. Daya Marah yang Berlebihan
Daya marah berlebihan adalah daya marah yang keluar dari diri seseorang sehingga seseorang keluar dari kontrol akal dan agama. Saat seseorang marah seperti ini, maka nurani dan daya pikir warasnya sudah hilang. Di sini seseorang memiliki posisi seperti orang yang berada di dalam posisi terpaksa yang tidak memiliki pilihan lain untuk melakukan tindakan kecuali mengikuti hawa nafsunya.
Posisi marah seperti ini tentu saja bersifat negatif dan memiliki dampak terhadap anggota tubuh sebagai berikut:
  1. Jasad atau badan orang yang marah akan berubah warna menjadi merah, seluruh tubuhnya gemetar, muncul perbuatan-perbuatan yang tidak beraturan dan terkendali serta gerakan dan pembicaraan yang tidak semestinya. Perubahan tersebut muncul dari bathin menuju fisik.
  2. Lisan, Akibat marah, maka melalui lisan akan muncul cacian dan pembicaraan yang buruk yang malu apabila pembicaraan tersebut di dengar oleh orang yang waras. Demikian pula oleh yang bersangkutan ketika kondisi marahnya sudah mereda yang disertai dengan pembicaraan dan ungkapan yang tidak beraturan.
  3. Anggota tubuh lain, Pengaruh atau akibat marah pada anggota tubuh lainnya akan muncul pukulan, hantaman, merobek, pukulan bahkan pembunuhan. Seseorang terkadang merobek baju, menampar wajar, memukul tanah, memecahkan kaca, mencaci-maki hewan seperti orang yang sudah tidak waras.
  4. Hati Dampak yang terjadi kepada hati adalah sifat dengki, iri hati, menyimpan dendam dan umpatan, kesedihan, niat untuk mengungkap keburukan sosok yang dimarahi, membuka aib dan mengolok-olok.

c. Daya Marah Sedang
Tidak memiliki daya marah atau lemah dan memiliki daya marah berlebihan tidak diinginkan oleh agama. Allah Swt dan rasulNya menginginkan seseorang tetap memiliki daya marah tetapi tidak berlebihan diistilahkan dengan daya marah sedang.
Daya marah sedang adalah daya marah yang muncul yang masih berada di dalam kontrol akal dan agama. Daya marah sedang adalah daya marah yang muncul ketika memang harus muncul dan redup ketika memang harus tidak marah atau mengedepankan kesabaran. Menjaga posisi marah dalam kondisi sedang adalah anjuran yang disarankan oleh agama di mana sebaik-baiknya hal bersifat tengah-tengah.


Cara Mengobati Perilaku Pemarah / Keras Hati

Di atas telah dijelaskan bagaimana seharusnya mengendalikan daya marah sehingga ia tidak memuncak. Ketika seseorang mulai naik daya marahnya, maka sebaiknya ia harus meredamnya sehingga ia tidak melakukan tindakan tercela. Mengobati daya marah dalam diri seseorang harus dilakukan dengan dasar ilmu pengetahuan dan amal shalih. Imam al-Ghazali menyatakan terdapat beberapa hal untuk mengobati daya marah yang memuncak tersebut yang didasarkan pada ilmu pengetahuan, yaitu sebagai berikut:

a. Mengingat Keutamaan Menahan Amarah
Agar seseorang dapat mengendalikan emosi atau daya marahnya, maka hal yang harus dilakukan adalah dengan mengingat keutamaan menahan marah, memaafkan dan sabar. Ia harus berfikir bahwa dengan menahan emosi, maka ia akan mendapatkan pahala dan tidak dendam akan menghindari diri dari neraka. Selain itu menahan emosi merupakan ciri khas orang yang bertakwa.

Surah Al-Imran 133-134 menunjukkan bahwa orang yang dapat menahan emosi termasuk orang yang bertakwa. Orang yang demikian kelak mendapat balasan surge di akhirat. Pernah suatu hari Sayyidina Umar didatangi oleh sesorang ‘Arabi. ‘Arabi ini berkata kepadanya: “Wahai amirul mukminin! Demi Allah engkau tidak berlaku adil melainkan engkau hanya bersikap tegas. Saat itu Umar marah dan orang Arab mengetahuinya lalu ia berkata: Wahai amirul mukminin bukankah engkau pernah mendengar firman Allah Swt :” Maafkan dan perintahkanlah kebaikan serta berpalinglah dari orang bodoh”. Aku adalah orang bodoh. Setelah itu Umar terdiam dan memafkannya.

b. Takut Akan Siksa Allah
Untuk bisa meredam emosi seseorang harus takut pada azab dari Allah Swt apabila ia meneruskan emosinya. Seseorang harus yakin bahwa tidak mungkin ia akan selamat dari siksa neraka apabila ia tidak mempersiapkan diri dari sekarang. Oleh karena itu saat seseorang meminta wasiat kepada Rasulullah Saw, maka pesannya hanya satu, yaitu jangan marah. Rasulullah Saw bersabda:
Cara Mengobati Perilaku Pemarah / Keras Hati
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang laki­laki berkata kepada Nabi SAW: “Berilah wasiat kepadaku”. Sabda Nabi SAW : “Janganlah engkau marah”. Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau: “Janganlah engkau marah”.(HR. Bukhari)

c. Waspada terhadap Dampak dari Emosi
Seseorang harus berfikir keras bahwa emosi dapat menimbulkan akibat yang berkepanjangan. Akibat-akibat tersebut muncul disebabkan oleh emosi seseorang yang tidak terkendali. Di antara akibat tersebut seperti permusuhan, dendam, orang yang terkena marah akan menantang atau melakukan upaya untuk menghancurkan tujuan dan cita-citanya serta menimpakan musibah. Seseorang harus takut terhadap halhal seperti ini, khususnya yang terjadi di dunia apabila seseorang lupa terhadap hukuman yang kelak diberikan terhadap orang yang tidak dapat mengontrol emosinya di akhirat.

d. Wajah Buruk Orang yang Marah
Dalam Islam orang yang kuat bukanlah orang yang memiliki postur tubuh kuat dan kekar, melainkan orang yang mampu melawan dan mengekang hawa nafsunya ketika marah. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda:
Macam-macam Daya Pemarah - Wajah Buruk Orang yang Marah
“Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuatadalah orang yang dapat mengendalikan dirinya(menahan hawa nafsu) ketika marah”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Seseorang yang marah harus membayangkan bagaimana buruknya fisik orang yang sedang emosi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membayangkan ketika seseorang melihat orang lain sedang marah. Ia harus berfikir betapa orang yang sedang emosi sesungguhnya memiliki buruk rupa yang tidak disadari sama seperti melihat hewan-hewan yang sedang marah. Sebaliknya Ia juga harus membayangkan bagaimana emosi yang ada digantikan dengan kesabaran sebagaimana dilakukan oleh para nabi dan ulama ketika mereka mendapat perlakuan tidak senonoh dari umatnya. Dengan demikian seseorang dapat memilih yang terbaik yaitu mengikuti para nabi dan ulama.

Untuk menghindari emosi selain didasarkan pada ilmu pengetahuan sebagaimana dijelaskan di atas, maka dapat dilakukan dngan tindakan atau mal shaleh. Menurut al Ghazali ketika daya marah atau emosi seseorang mulai memuncak, maka ia harus mengupayakan diri untuk:

• Pertama, membaca ta’awudz
Taawudz adalah memohon perlindungan kepada Allah Swt dari tipu daya syaitan yang selalu membangkitkan emosi). Rasulullah SAW. mengajarkan untuk mengatasi rasa amarah yang ada di dalam diri dengan berta’awudz. Emosi yang memuncak umumnya disertai dengan bisikan dan tipu daya setan. Hal ini dapat mengakibatkan manusia tersesat dan terjerumus serta mendapatkan murka
Allah SWT. Dalam hal ini Allah SWT berfirman, “Dan jika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al­-A’raf (7) : 200).

• Kedua, merubah posisi
Apabila emosi seseorang sudah mulai naik, maka sebaiknya ia meribah posisinya. Apabila berada pada posisi berdiri, maka hendaklah ia merubah posisi dengan posisi duduk dan apabila pada posisi duduk, maka hendaklah dengan menidurkan dirinya. Dalam hal ini dari Abu Dzar Rasulullah Saw bersabda:
Cara menghindari emosi - marah dengan mengubah posisi
“Jika salah seorang diantara kalian marah dan dia dalam keadaan berdiri maka hendaklah dia duduk (hal itu cukup baginya), jika marahnya reda. Namun, jika marahnya tidak reda juga maka hendaklah dia berbaring.” (HR. Abu Daud).

• Ketiga, berwudhu
Selain itu seseorang mengupayakan untuk berwudhu apabila emosi atau daya marah mulai naik karena emosi berasal dari api dan api dapat padam hanya dengan air. Dari Athiyah Rasulullah Saw bersabda:
Cara menghindari emosi - marah berwudhu
“Sesungguhnya kemarahan berasal dari setan, setan itu diciptakan dari api, dan api itu hanya dapat dipadamkan dengan air, karena itu jika salah seorang dari kalian marah, maka hendaklah ia mengambil air wudhu”. (HR. Imam Ahmad).

Selain itu Rasulullah Saw memerintahkan untuk menempelkan diri ke tanah tujuannya agar kita menyadari bahwa pada hakikatnya manusia itu hina, sehingga dengan demikian dapat menghilangkan kesombongan dan keangkuhan yang ada di dalam diri. Rasulullah Saw bersabda: Dari Abu Said Al-Khudry ia bekata: Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya kemarahan itu adalah percikan api yang menyala di dalam hati manusia, tidakkah kalian memperhatikan (orangorang yang marah) kedua matanya memerah dan raut wajahnya mengerut? Jika salah seorang diantara kalian merasakan hal itu maka hendaklah ia menempelkan diri ke tanah.” (HR. Imam Ahmad).

• Keempat, diam
Diam itu emas barang kali ungkapan yang tepat. Dengan diam bukan berarti seseorang takut atau tidak memiliki daya marah. Diam merupakan obat mujarab untuk meredam emosi karena orang yang sedang dalam posisi emosi perkataan yang keluar berupa kata-kata kotor yang tidak baik. Hal ini terjadi disebabkan oleh tidak terkontrolnya lisan yang ditimbulkan dari dorongan nafsu dan pengaruh setan . Dalam hal ini Rasulullah Saw mengemukakan hadis dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
Cara menghindari emosi - marah dengan cara diam
“Ajarkanlah mereka dan mudahkanlah dan jangan kalian persulit Jika salah seorang diantara kalian marah maka hendaklah ia diam.” (HR. Imam Ahmad).

PEMARAH / GHADAB (Pengertian, Macam-Macam, dan Cara Menghindari Perilaku Pemarah/Ghadab/Keras Hati)
Dalam hadis lain dari Sahl bin Muadz Rasulullah Saw bersabda “Sapapun yang menahan amarah padahal sesungguhnya ia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya kelak di hadapan para makhluk di hari kiamat dan Allah Swt memerintahkannya untuk memilih bidadari (terbaik) yang ia inginkan” (H.R Abu Dawud, al­Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

• Kelima, memberi maaf
Dalam memberi maaf diperlukan kesadaran dan kebesaran hati. Sebagai seorang muslim wajib hukumnya memberi maaf baik dirinya yang bersalah atau orang lain. Allah memerintahkan agar memberikan maaf dengan ikhlas. Allah Swt berfirman :

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik Maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya dia tidak menyukai orang­orang yang zalim”. (Q.S. Asy-Syura (42):40)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PEMARAH / GHADAB (Pengertian, Macam-Macam, dan Cara Menghindari Perilaku Pemarah/Keras Hati)"

Posting Komentar