Dalil tentang Ghibah dalam Surah Al-Hujurat Ayat 12 & Hadis, Pengertian dan 6 Penyebab Ghibah

Dalil Ghibah dalam Surah Al-Hujurat Ayat 12

Al-Quran sangat membenci prilaku ghibah, bahkan Allah Swt mengemukakan prilaku ghibah sama seperti memakan daging mentah saudara sendiri yang sudah meninggal dunia. Allah Swt berfirman:

Dalil tentang Ghibah dalam Surah Al-Hujurat Ayat 12

“Hai orang-­orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba­sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba­sangka itu dosa. dan janganlah mencari­cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat (49): 12)

Di dalam satu hadits yang diriwiyatkan oleh Anas bin Malik diceritakan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Ketika aku melakukan Mi’raj, aku berpapasan dengan suatu kaum yang memiliki kuku berbentuk tembaga lalu mereka menggaruk wajah dan tangan mereka. Setelah itu Rasulullah Saw bertanya? Siapa mereka wahai Jibril. Jibril menjawab: Mereka adalah orang­-orang yang memakan daging manusia dan mereka menjatuhkan harga diri orang lain”.
Suatu saat Rasulullah Saw sedang berbincang-bincang dengan para sahabatnya, Saat itu pula tercium aroma tidak sedap. Para sahabatpun bertanya gerangan aroma apakah itu? Rasulullah Saw bersabda: Itu adalah bau busuk orang-orang yang berbuat ghibah.
Baca juga: 5 Alasan yang Memperbolehkan Ghibah👈

Pengertian Ghibah

Secara bahasa, Ghibah berasal dari bahasa Arab dengan akar kata ghaba, yang berarti tidak hadir atau sesuatu yang tertutup dari pandangan. Kata ghibah dalam bahasa Indonesia berarti menggunjing yakni, menyebutkan kata-kata keji atau meniru-niru suara atau perbuatan orang lain di belakang dirinya dengan tidak berhadapan langsung dengan maksud untuk menghinanya.

Secara terminology ghibah berarti mengemukakan atau membicarakan perihal orang lain yang apabila orang lain tersebut mendengarnya, maka ia tidak menyukainya. Ghibah dapat mencakup hal fisik seperti mengemukakan seseorang kurus, hitam, dekil dan bentuk fisik lainnya. Bisa juga terkait keturunan misalnya mengemukakan tentang seseorang anak haram, anak pelacur atau anak orang miskin. Begitu pula yang terkait dengan prilakunya misalnya pembohong, penipu dan sifat buruk lainnya.

Syaikh Jamaluddin al-Qasimi mengemukakan sesuatu dapat dikatakan ghibah ketika ia berupa pengungkapan tentang seseorang yang bersifat mengejek. Oleh karena itu ketika seseorang mengejek bukan dengan pembicaraan tetapi dengan gerak, isyarat dan tulisan juga dapat dikatakan ghibah.


6 Penyebab Seseorang Melakukan Ghibah

Syaikh Jamaluddin al-Qasimi mengemukakan hal-hal yang dapat membuat seseorang pada akhirnya berbuat ghibah:
1. Mengobati sakit hati.
Biasanya seseorang ketika sakit hati akibat prilaku orang lain, maka untuk mengobati sakit hatinya ia akan mengemukakan perbuatan-perbuatan buruk orang lain tersebut. Hal tersebut dilakukan karena ia merasa bahwa dengan mengemukakan aib orang lain, maka ia sudah merasa puas. Prilaku seperti ini di saat kampanye pilpres sangat banyak terjadi. Oleh karena itu sebaiknya para pendukung masing-masing harus dapat menjaga lisan masing-masing dengan tidak terprovokasi oleh pendukung orang lain.

2. Mengikuti teman.
Ghibah dapat terjadi karena seseorang ikut­ikutan pada temannya. Biasanya ikut­-ikutan ini terjadi karena apabila seseorang tidak mengikuti, maka ia akan dianggap tidak setia kawan. Akhirnya seseorang akan berbuat ghibah karena mengedepankan kesetiakawanan walaupun hal tersebut dilarang oleh agama.

3. Kesombongan dan kebanggaan.
Ghibah dapat terjadi karena seseorang akan merasa bangga apabila ia sudah dapat mencaci seseorang di hadapan orang lain. Ia tidak memiliki keinginan apa-apa kecuali kebanggaan dan inilah yang membuat orang lain akhirnya melakukan perbuatan ghibah.

4. Iri hati.
Iri hati biasanya terjadi ketika ada seseorang yang senantiasa dipuji, dimuliakan dan dicintai oleh masyarakat. Di sini ia berusaha untuk melenyapkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat tersebut dengan mengemukakan keburukan orang yang bersangkutan. Di sinilah dimulainya perbuatan ghibah.

5. Bergurau.
Di media televisi atau di media sosial lainnya kita sering melihat tayangan yang barangkali maksudnya adalah bergurau. Hanya saja gurauan tersebut dapat menyakiti orang lain. Oleh karena itu sebaiknya perlu diperhatikan bagaimana bergurau yang tidak membuat orang lain sakit hati.

6. Menyindir atau mencaci.
Menyindir atau mencaci-maki orang lain dengan tujaun menghina termasuk ke dalam perbuatan ghibah. Hal tersebut dilakukan biasa saja terkait dengan fisik, keturunan, prilaku, perbuatan dan ucapan seseorang.


Cara Menghindari Perilaku Ghibah

a. Ingat bahwa Allah Swt tidak menyukai ghibah
Perlu diketahui bahwa akhlak yang buruk dapat diobati dengan ilmu dan amal shaleh. Dengan demikian untuk mengobati keinginan melakukan ghibah, maka seseorang harus ingat bahwa ghibah tidak disukai oleh Allah Swt karena orang yang melakukan ghibah berarti ia telah melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt. Apabila seseorang telah mengetahui dan percaya mengenai ancaman bagi pelaku ghibah, amak niscaya ia tidak akan melakukan perbuatan tersebut.

b. Melakukan introspeksi diri
Hal lain yang dapat memalingkan seseorang dari perbuatan ghibah adalah menyibukkan diri dengan melakukan introspeksi terhadap diri sendiri. Ketimbang membicarakan keburukan orang yang belum tentu kebenarannya, maka akan lebih baik merenungi keburukan diri sendiri.

Seandainya yang bersangkutan memang memiliki aib atau keburukan diri, maka hendaklah yang terpikir adalah bagaimana menghilangkan aib tersebut dari diri sendiri bukan mempertahankan aib yang ada lalu mengumbar air orang lain. Apabila seseorang memang benar-benar tidak memiliki aib atau kecacatan diri dalam berprilaku, maka yang harus dilakukan adalah mensyukurinya kepada Allah Swt yang telah memberikan nikmat tersebut, atau ia harus merenung jangan-janagn asumsi kesucian diri tersebut salah.

c. Menyadari bahwa ghibah menyakitkan
Di antara hal yang dapat mencegah seseorang dari melakukan ghibah adalah membayangkan bagaimana sakitnya perasaan orang yang bersangkutan seandainya prilakunya yang kurang baik tersebut diceritakan kepada orang lain. Seseorang harus sadar apabila hal tersebut menimpa ada dirinya. Tentu saja perasaannya akan hancur. Sebagaimana dirinya tidak ingin merasakan sakit hati, maka hal yang sama juga dialami oleh orang lain. Dengan demikian ia akan menghentikan perbuatan ghibahnya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dalil tentang Ghibah dalam Surah Al-Hujurat Ayat 12 & Hadis, Pengertian dan 6 Penyebab Ghibah"

Posting Komentar