Pengertian & Dalil Adu Domba (Namimah), Penyebab Adu Domba, Menghindari Adu Domba dalam Islam

Pengertian Adu Domba atau Namimah

Secara etimologi namimah (adu domba) berarti suara pelan atau gerakan. Secara terminology namimah adalah membuat perselisihan di antara pihak yang sebenarnya sepaham atau menarungkan pihak-pihak yang sesungguhnya sepaham melalui ucapan.

Menurut al-Ghazali sesungguhnya namimah bersifat luas yaitu dengan mengungkap sesuatu yang sesungguhnya tidak seharusnya diungkap sehingga menimbulkan percekcokan di antara pihak-pihak yang ada melalui ucapan, tulisan, perbuatan atau isyarat.

Oleh karena itu bagi seorang muslim sebaiknya merahasiakan segala sesuatu yang ia lihat dari diri saudaranya kecuali apabila menceritakannya mengandung manfaat atau dalam rangka menolak perbuatan maksiat seperti ketika seseorang melihat si A mengambil harta si B, maka ia cukup menjadi saksi saja dan menjaga hak si A. Namimah atau mengadu domba haram hukumnya berdasarkan al Qur’an dan hadits nabi.

Dalil ayat Al-Quran dan Hadis tentang Adu Domba / Namimah

Dalam al-Qur’an hal yang terkait dengan larangan mengadu domba terdapat dalam surat al­ Lumazah:
Dalil ayat Al-Quran tentang Adu Domba - Namimah Al­ Lumazah ayat 1
“Kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela” (QS. Al­ Lumazah (104):1)


Rasulullah Saw juga tidak menyukai sifat mengadu domba. Rasulullah Saw bersabda:
Hadis tentang Adu Domba Namimah
“Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba”(HR. Bukhari­ Muslim)


Rasulullah SAW sangat membenci perbuatan mengadu domba dan pelakunya kelak akan mendapatkan siksa, Di dalam hadits diceritakan:
Hadis pelaku namimah akan mendapatkan siksa
“Daripada Abdullah bin Abbas ra dia berkata, Nabi SAW melewati dua kubur. Baginda lantas bersabda, “Sungguh keduanya sedang disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa kerana perkara besar. Salah seorang dari keduanya tidak bertabir dari kencing.
Sedangkan yang satunya lagi, berjalan sambil namimah (suka mengadu domba).” Baginda lantas mengambil pelepah kurma yang basah dan membelahnya menjadi dua bahagian, lalu Baginda menancapkan di masing­masing kubur tersebut satu belahan.
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah. Mengapa anda melakukan hal ini?” Baginda menjawab, “Semoga ia dapat meringankan siksaannya, selama keduanya belum kering”. (Riwayat Bukhari dan Muslim)


Rasulullah Saw bersabda:
Menutup Aib juga akan ditutup aib nya oleh Allah - Hadis Adu Domba
“Dari Abu Hurairah R.A. dari Nabi Muhammad Saw ia bersabda: “Tidaklah seorang hamba menutupi (aib )hamba yang lain kecuali Allah Swt akan menutupi aibnya kelak di hari kiamat” (HR. Muslim)


Penyebab Perbuatan Mengadu domba

1. Menginginkan citra buruk melekat pada seseorang
Tujuan seseorang melakukan perbuatan adu domba di antaranya karena si pengadu domba menginginkan seseorang memiliki citra negatif di tengah-tengah masyarakat. Hal yang seharusnya ditutupi malahan dibicarakan kepada orang lain sehingga yang mendapat cerita memiliki asumsi buruk tentang sosok yang diceritakan. Padahal agama memerintahkan untuk menutupi aib saudaranya.

2. Menginginkan citra baik di mata seseorang
Orang yang mengadu domba terkadang menginginkan dirinya senantiasa baik di mata orang lain. Misalkan si A akrab dengan si pengadu domba. Hanya saja si A memiliki musuh si B. Agar hubungan si pengadu domba tetap baik dengan si A, maka apa saja prilaku buruk si B diceritakan kepada si A. Dengan demikian si A akan senantiasa memiliki simpati kepada si pengadu domba. Perbuatan adu domba atau namimah di sini jelas sangat tercela karena membiarkan permusuhan terjadi antara si A dan si b terus terjadi bahkan semakin memperuncing masalah.

3. Memiiki hobi mengadu domba orang lain
Di antara tujuan orang melakukan adu domba adalah karena hobi. Seseorang tidak menginginkan adanya kedamaian di lingkungannya. Oleh karena itu ia selalu saja mempengaruhi si A misalnya agar bermusuhan dengan si B dengan menceritakan keburukan si B. Demikian pula sebaliknya.

4. Berlebihan di dalam pembicaraan atau kebatilan
Dalam berbicara sesungguhnya ada hal-hal yang memang patut dibicarakan, tetapi ada hal-hal yang tidak patut dibicarakan. Dengan kata lain tidak semua yang kita tahu harus kita bicarakan, tetapi yang kita bicarakan kita harus tahu manfaat dan bahayanya. Itulah barangkali prinsip yang harus dipegang. Ada satu pribahasa yang menyatakan keselamatan seseorang ada pada menjaga lisannya. Dengan demikian tindakan berlebihan dalam berbicara atau kebatilan ini justru yang dapat menghantarkan pada terjadinya adu domba antar pihak-pihak yang semestinya menerapkan perdamaian.


Cara Mengantisipasi Namimah

Tindakan namimah atau mengadu domba pada umumnya terjadi di tengah masyarakat. Oleh karena itu kita harus melakukan langkah-langkah agar terhindar dan tidak terjerumus di dalamnya.
1. Tidak segera mempercayai gosip.
Kabar burung atau gosip kerap beredar di masyarakat. Agar tidak terperosok dan terprovokasi, maka tindakan yang harus dilakukan adalah tidak segera percaya kepada berita tersebut melainkan melakukan tabbyun atau klarifiksai. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt yang artinya:
“Hai orang­orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (QS. Al­Hujurat(49):6)

2. Mencegah dan menasehati pembawa berita.
Amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan ajaran agama. Sudah seharusnya sebagai seorang muslim memberanikan diri untuk mencegah dan memberi nasehat kepada orang-orang atau pihak-pihak yang terindikasi melakukan perbuatan namimah atau mengadu domba. Dengan demikian sebaikanya pelaku namimah seharusnya dimarahi dan tidak dipercaya begitu saja perkataannya. Perintah amar ma’ruf dan nahi munkar ini terdapat di dalam hadits nabi:
“Dari Abu Sa’id al Khudri R.A., ia berkata:”Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: Siapa saja yang melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya (kekuasaannya), apabila ia tidak mampu, maka dengan lisannya dan apabila tidak mampu juga, maka dengan hatinya”(HR. Muslim)

3. Memiliki asas praduga tak bersalah
Sebagai seorang muslim tidak boleh begitu saja percaya terhadap berita yang belum jelas sumbernya. Oleh karena ketika ada seseorang membawa berita dengan menceritakan keburukan si A misalnya, maka hal pertama yang kita lakukan adalah berpegangan pada asas praduga tidak bersalah terlebih dahulu. Hal ini perlu dilakukan agar kita tidak termasuk orang yang terkecoh dan terjerumus di dalam pusaran namimah. Betapapun namimah akan membawa korbannya pada kerusakan dan perpecahan yang dibenci oleh Allah Swt dan rasulnya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengertian & Dalil Adu Domba (Namimah), Penyebab Adu Domba, Menghindari Adu Domba dalam Islam"

Posting Komentar